LEON, ALERGI SUSU, TONGUE TIE DAN CINTA MAMA

Tulisan ini saya buat menjelang usia Leon enam bulan tepatnya 21 Desember 2012 sebagai pengingat untuk saya dan motivasi agar saya tetap semangat memperjuangkan ASI untuk anak saya. Saat ini saya baru berani mem-publish karena saya ingin semua mama yang juga mengalami tantangan dalam memberikan ASI untuk anaknya tetap memiliki kemauan dan semangat, bahwa meskipun tembok penghalang itu seperti tidak bisa diterobos selama harapan itu masih ada, sekecil apapun pasti akan membawa kita pada sebuah jalan keluar, walaupun jalan keluar itu nampaknya lebih kecil dari lubang jarum. Karena panjangnya tulisan ini akan saya bagi dalam beberapa bagian. Selamat membaca, selamat mengomentari jika berkenan, dan selamat memutuskan 🙂

Tanggal 21 Juni 2012 adalah tanggal yang mengantarkan saya dengan status baru sebagai seorang ibu dari anak lelaki bernama Lionel Marcello. Leon lahir melalui operasi Caesar setelah di induksi 3 hari tidak mempan, air ketuban makin sedikit,  plasenta sudah mengalami pengapuran grade 3, ditambah posisi Leon yang posterior sehingga dokter obgyn memutuskan harus segera di operasi. Setelah dioperasi Leon dibawa ke saya untuk disusui, Leon bisa menyusu dengan baik namun karena saat itu ASI saya belum keluar dan Leon menjerit, diputuskan Leon untuk diberi susu formula. Saat itu saya tidak terlalu banyak berpikir dan mengiyakan saja,toh nanti bisa saya ASI-kan, saya tidak menyangka keputusan saya saat itu akhirnya menjadi petualangan yang luar biasa panjang ditemani dengan konflik dan derai air mata dalam setiap bagiannya. So mama..here is the story…

Ketika besok pagi Leon dibawa kepada saya, saya merasakan kondisi Leon yang berbeda, tangisannya seperti tangisan kesakitan, saya bertanya pada suster “ Suster, anak saya kemarin tidak seperti ini, ini kok seperti sakit” susternya menjawab “ Anak ibu memang rewel dari kemarin bu” pada saat itu DsA tepat berkunjung ke ruangan kami dan sayapun bertanya hal yang sama, dokter melihat sebentar keadaan Leon dan berkata “ ibu,anak ibu agak kembung,kami bawa lagi ya untuk diobservasi” saya dan suami mengiyakan dan Leon dibawa lagi masuk NICU (suami tidak memberitahukan karena takut saya terpukul) saat itu juga kondisi ASI saya masih belum keluar J . Jadilah setiap hari jam berkunjung bayi, semua bayi dibawa ke ibunya, bercengkrama dan disusui, sementara saya dan suami hanya terbengong melihat mereka. Besoknya DsA memberitahukan pada bapak Leon bahwa Leon alergi terhadap susu sapi sehingga mereka mengganti susunya dengan susu soya, ASI saya masih belum keluar, setiap jam saya kompres air hangat,memompa di ruang pompa RS,makan segala macam yang dibilang orang bisa mengeluarkan ASI dan ASI saya masih belum keluar J. Saya juga sempat meminta donor ASI ke AIMI Sumut tapi tidak diperbolehkan dokternya dengan alas an kondisi Leon dan kekhawatiran akan konsumsi Ibu Susu Leon dengan produk-produk tertentu yang bisa memicu alergi. Saya sudah banyak membaca tentang ASI, bagaimana terbentuk sejak masih hamil, bagaimana memang di awal-awal ASI bisa saja belum keluar tapi bayi masih punya cadangan yang cukup untuk 3 hari, bagaimana lambung bayi yang hanya sebesar biji jagung, well yeah…kalau kita sudah berada di situasi itu,semua ketenangan sirna dan semua ilmu menguap lenyap. Ternyata susu soya yang diberikan juga tidak cocok untuk Leon sehingga dokter mengganti susu dengan tingkat toleransi yang sangat tinggi dan menyebut bahwa susu ini sangat susah dicari. Leon pun diinfus kemudian dipasang semacam selang untuk mengeluarkan sisa-sisa susu yang sempat diminumnya, waktu saya sudah diperbolehkan melihat Leon, hati saya menjerit,hancur,menangis melihat Leon seperti itu, bayi sekecil itu harus berjuang sendirian.

Di hari ketiga pagi, ASI saya keluar ketika saya memompa jam 5 pagi, cepat-cepat saya bawa ke NICU minta diberikan kepada Leon, perawat yang ada memberikan ASI untuk Leon dan saya bahagia, ASI saya sudah keluar, lama-kelamaan akan banyak dan cukup untuk Leon, saya lalu bilang “boleh saya menyusui Leon?” perawat menjawab “boleh bu, 2 jam lagi datang ya untuk menyusui”. Saya tersenyum senang dan 2 jam kemudian saya ke NICU ditemani papanya dan disitu ada DsA Leon, saat saya bilang mau menyusui DsA tersebut berkata seperti ini “ bu, maaf ibu belum boleh menyusui Leon karena kondisi Leon yang alergi terhadap semua produk sapi, ibu kalau ingin menyusui Leon ibu harus bersih dari semua produk itu, kita gak tahu konsumsi makanan ibu selama 7 hari yang lalu, ibu harus mulai menghentikan segala macam makanan yang mengandung produk-produk tersebut”, kemudian saya bertanya “ jadi dokter kalau seperti itu saya harus mulai dari hari ini (umur Leon 2 hari) kemudian ASI saya yang sudah keluar saya pompa dan simpan ya?”, dokter itu menjawab seperti ini “ ASI ibu selama ibu diet itu dipompa dan tidak bisa diberikan pada anak ibu (istilah kasarnya ya DIBUANG), ibu pun kalau tidak kuat berdiet produk-produk tersebut saya lebih sarankan untuk tidak memberikan ASI.” Saya melongo, suami saya emosi, dia berdebat cukup panjang dengan dokter tersebut (karena sejak sebelum lahir saya sudah bilang hanya ingin memberikan ASI dan hanya ASI saja pada Leon sambil memberikan artikel-artikel yang menjelaskan tentang ASI dan manfaatnya) dan pada akhirnya saya yang menenangkan dengan bilang “ sudah pak, iya dokter kalau seperti itu” karena mau sampai kapanpun berdebat tidak akan ketemu jalan keluar, kami sudah beda pemikiran. Saya kuatkan tekad di hati saya, ASI saya tidak akan saya buang, saya perah dan simpan (saya sudah paham manajemen ASIP) nanti saya berikan untuk Leon, toh dokternya kan gak tau.

Di hari yang sama saya diperbolehkan pulang, tetapi Leon tetap tinggal di NICU, pada saat mau pulang saya ke tempat Leon, menciumi dia dan menangis sepuas-puasnya, menangis karena marah dengan keadaan, menangis karena berpikir sebagai ibu saya tidak bisa melindungi dia, dan menangis karena seluruh jiwa saya seperti tertinggal di RS itu bersama dia. Saya dibawa pulang ke rumah ibu angkat saya (orang tua kandung saya tinggal di pulau lain saya menikah dan bekerja di Sumatra), ibu angkat saya ini adalah rekan kantor saya semasa saya belum menikah dan masih bekerja di Kisaran, dialah yang menunggu kelahiran Leon, melihat kami setiap hari dan membawa saya pulang ke rumahnya untuk merawat saya (mimi…sampai kapanpun budi baik mimi gak bisa saya balas, biarlah Tuhan yang membalas itu). Sebelum pulang saya dalam kondisi masih sakit jahitan operasi pergi ke toko bayi mencari pompa ASI dan tidak ada stok saat itu, saya belajar memerah dengan tangan dan ASI keluar walaupun sedikit saya tampung dan saya simpan. Besoknya baru pompa ASI itu ditemukan setelah selesai menjenguk Leon dan langsung dipakai, saya pun rutin memerah setiap 2-3 jam dan hasil perahan setiap kali pompa sekitar 10-25 ml. Setiap hari agenda saya melihat Leon dan pompa, umur Leon 6 hari dia diperbolehkan pulang dari RS.

Leon pulang bertepatan dengan kedatangan orang tua saya (mama saat itu juga dalam kondisi sakit namun memaksakan diri untuk terbang ke medan). Saya dibekali susu formula yang katanya luar biasa susah dicari itu dan kami sekeluarga pulang ke rumah kontrakan kami. Saya pun belajar bagaimana memandikan, memijat, membedong, dan segala macam keterampilan merawat bayi dari suster yang datang ke rumah, Leon masih tetap minum susu formula. Di umur Leon 9 hari saya diperbolehkan menyusui Leon langsung, saya pun diajari cara menyusui dan Leon bisa menyusu, saya bahagia sekali. Namun Leon menyusu seperti tidak puas, sering menangis menjerit-jerit bahkan kadang menolak disusui seperti marah, orangtua saya marah pada saya “berikan aja susu formula itu, kalian gak kasihan lihat dia menangis seperti itu?” bahkan pernah subuh-subuh papa masuk kamar dan bilang “saya aja gak tega denger tangisannya, kamu kok keras sekali, kalo kamu gak mau kasih susu formula itu besok pagi papa dan mama balik ke rumah, gak ada gunanya kami disini, toh kami ngomong pun kalian tidak peduli.” Sedih, sangat sedih… Jadilah Leon minum ASI bercampur formula lagi.

Saya tidak suka dengan kondisi itu, saya ingin Leon minum ASI saja, dan ada suatu kejadian dimana ketika Leon BAB, keras dan dia menangis menjerit, makin kuatlah keinginan saya Leon harus bisa minum ASI saja. Akhirnya saya menelepon AIMI Sumut dan bertanya, ternyata ada konseling ke rumah, saya minta konseling dan saya dipertemukan dengan seorang konselor yang sangat amat sabar kak Novi Kartika Tarigan.  Besoknya kak Novi ini datang bersama seorang temannya, mereka meminta saya menunjukan posisi menyusui dan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan dalam pelekatan saya dengan Leon, akhirnya Leon bisa minum dengan tenang (O…ternyata pelekatan saya yang kurang benar). Setelah kunjungan itu saya jadi PD dong, Leon minum dan tertidur berarti ASI saya banyak, saya langsung menyetop pemberian susu formula, saya mendampingi dia terus.

Besoknya Leon menyusu tidak berhenti, berhenti pun karena tertidur, ketika dia diletakan menjerit sejadi-jadinya, maka dia disusui lagi. Leon minum 24 jam sehari, tertidur dalam posisi disusui, kalau pelan-pelan saya lepaskan marahnya bukan main. Saya bingung, kak Novi datang berkunjung lagi, setelah dilihat semuanya oke, mungkin leon lagi growth spurt, dia menyusui terus-terusan, diikutin aja maunya kata kak Novi. Jadi saya menyusui dia terus-terusan sambil mencuri-curi waktu untuk memompa persiapan saya ngantor, setiap kali memompa sedikit banget hasilnya, paling hebat  5 ml.   Selesai memompa Leon minta minum, disusui dia marah-marah, menjerit,memukul saya. Saya bingung, apa ASI saya habis ya? Perasaan yang saya baca sekuat-kuatnya bayi mengisap palingan hanya bisa mengosongkan 76% PD, kebingungan bertambah lagi dengan frekuensi BAK Leon yang 5-6 kali per 24 jam dan berwarna kuning. Ketika Leon tidak BAB selama 6 hari, saya langsung membawa Leon ke dokter, kali ini saya mencoba membawanya ke DsA yang lain, saya merasa tidak cocok dengan DsA yang menangani waktu Leon alergi susu. Dokter tersebut bilang bahwa toleransi seorang anak ASI tidak BAB adalah 21 hari, jadi ini hanya kekhawatiran ibu saja kemudian dia melihat BB Leon, BB Leon setelah 2 minggu full ASI tetap di 3,6 kg kemudian dia bilang sepertinya ASI ibu tidak cukup, anak ini dua minggu diminumkan ASI, BAK kuning, belum BAB dan berat tetap, ibu harus menambah susu (terus-terusan ya…). Kemudian saya disuruh mengganti susu leon dengan susu soya merek lain. Saya tidak memberikan susu itu, besoknya Leon BAB dan warna BAB hijau, saya googling lagi kenapa bisa seperti itu, ternyata itu masalah di hindmilk dan foremilk, berarti ASI saya banyak dong, Leon minum terus-terusan tapi cuman dapat ASI awal, saya jadi PD lagi untuk memberi ASI.

Leon kembali minum terus-terusan tidak lepas dari saya dan ketika saya lepas sebentar dia marah bukan main. Saya sampai mencari-cari video-video menyusui yang baik, bagaimana kondisi bayi yang mendapat ASI cukup dan bagaimana pelekatan yang baik, semua saya praktekan, tapi hasilnya nihil, Leon tetap dengan kondisinya itu. Minum aja dia gak puas gimana mau mengatur waktu untuk memompa, stress berat. Ketika Leon imunisasi beratnya turun, saya kembali dilanda kebingungan, apalagi yang salah, ASI banyak, Leon minum terus-terusan kok BB nya turun?? Pulang ke rumah dengan kesedihan luar biasa, tapi saya masih berkeras menyusui Leon. Saya ingat sekali, pernah saya menangis karena kondisi itu dan Leon disamping saya juga ikut menangis sambil menggenggam tangan saya dengan kuat sambil memandang saya, dan saya kembali mendapat kekuatan untuk terus menyusui dia dan berjuang.

Sampai suatu hari saya berpikir, selama ini saya selalu memposisikan diri masalah pelekatan selalu ada pada saya, gimana kalau dibalik? Sebenarnya bukan saya yang bermasalah, jangan-jangan Leon yang bermasalah. Saya mencari-cari informasi lagi di internet dan saya menemukan masalah pelekatan bisa terjadi pada bayi ketika dia memiliki Tongue Tie sehingga lidah tidak bisa digerakan melewati gusi yang mengakibatkan bayi tidak bisa memerah dengan baik. Ibaratnya anak orang bisa minum dengan gayung, bayi-bayi dengan Tongue Tie yang mengganggu masalah menyusui hanya bisa minum dengan sendok, ciri-ciri TT yang paling khas adalah ketika menangis keras Lidahnya berbentuk hati (untuk tipe tertentu dan itu tampak jelas pada Leon), minum terus-terusan tapi tidak pernah puas, berat badan tidak bertambah sesuai grafik sedangkan cirri-ciri pada ibu adalah lecet/luka pada putting (tidak ada pada saya), produksi asi sedikit dan terus berkurang, ibu mengalami rasa tidak Percaya Diri. Hampir semua cirri-ciri itu ada pada Leon dan saya, saya tersentak, saya langsung menelepon kak Novi bertanya siapa dokter yang mengerti masalah TT dan bisa menginsisi dan sekaligus mengerti masalah laktasi. Saat itu saya dihubungkan dengan drg.Riri, dokter Riri memastikan kalau Leon TT dan saya langsung meminta diinsisi.

Leon diinsisi keesokan harinya di umur 43 hari, selesai diinsisi saya diberitahu bahwa Leon akan seperti bayi baru lahir, dia akan belajar menyusui dengan lidah barunya dan untuk penyembuhan luka insisi lidah Leon perlu terpapar ASI saja, saya pun harus sabar karena Leon dengan perlahan akan kembali kekuatan isapannya. Saya dan papanya disarankan untuk mencari donor ASI, saat itu ada teman kami yang bersedia untuk memberikan ASI sekitar 7 liter (terimakasih mama nona,papa nona dan kakak nona). Jadi saat itu keadaan saya tinggal 2 minggu cuti bersalin, Leon diinsisi  dan saya harus terus mendampingi dia, Leon minum sepuas-puasnya, ketika tidak cukup ditambahkan dengan ASIP donor melalui cup feeder. Setelah 2 minggu stok ASIP Donor menipis, kondisi Leon meningkat sekitar 30%, akhirnya saya berdamai dengan diri sendiri (karena luka insisi Leon juga sudah sembuh), saya menerima kondisi kalau Leon minum susu formula dicampur dengan ASI.

Masa cuti telah selesai, saatnya saya masuk kantor, saya tinggalkan Leon dengan kakaknya yang sudah saya ajari bagaimana menjaga dia selama saya tidak ada, ASIP saya seadanya dan ditambah dengan susu formula diberikan melalui cup feeder. Umur Leon 73 hari, saya tersentak ketika dia menyusu, hisapannya kuat sekali, daya hisap Leon sudah sepenuhnya membaik. Namun masalah seperti tidak kunjung selesai, saya melihat pola Leon akhirnya dia lebih memilih minum melalui cup feeder, kalau disusui lama dan tidak mau dilepas dan ketika minum susu formula seperti tidak ada kenyang-kenyangnya (dengan kondisi alergi Leon dokter menyarankan takaran sufor dia ¼ dari normal,yang saya baca dengan takaran yang tidak tepat bayi tidak bisa berkembang dengan grafik normal L ). Disitu saya berpikir, kalau terus-terusan seperti ini bisa-bisa produksi ASI saya akan turun terus dan digantikan dengan sufor. Ya, cerita selanjutnya seperti biasa….saya menangis (jadi luar biasa cengeng J ) dan selalu suami menguatkan saya dan menyemangati bahwa kami bisa melewati semua ini.

Saya tidak berhenti mencari tentang TT, bagaimana perawatannya, apa yang harus diperhatikan, dan saya mendapati bahwa ternyata insisi yang dilakukan pada bayi-bayi di umur 0-14 hari tidak memerlukan perawatan khusus karena bayi dan ibu masih berada dalam masa golden moment produksi ASI. Diatas umur tersebut dimana produksi ASI ibu sudah mengalami masalah, bukan hanya bayi yang perlu diinsisi, ibu pun memerlukan perawatan (saya aja dari awal tidak menyusui Leon, udah bermasalah banget ya J ), berarti kemarin masih ada 1 kekurangan, saya belum dirawat. Saya semakin bersemangat mencari informasi, saya sudah membaca tentang dokter Asti Praborini, SpA, IBCLC (yang selanjutnya akan terus saya panggil Opung dokter) dari banyak artikel dan akhirnya memutuskan bahwa kalau saya harus berjuang untuk Leon, my final fight ya saya harus bertemu dengan dia. Saya percaya dia pasti bisa menangani masalah saya. Saya capek ditekan baik dari keluarga dan lingkungan maupun dokter anak tentang kondisi Leon, saya capek dikatakan tidak rela anak saya minum sufor (hey you…kalau kamu di posisi saya, tegakah kamu melihat anak kamu BAB dengan menangis menjerit dan seperti ketakutan saat akan BAB padahal dia minum dengan takaran dibawah normal?? Emosi J )

Papa Leon yang tidak tahan melihat saya membuka hari dan menutup hari dengan tangisan bertanya kepada saya “mama, saya tidak tahan melihat mama seperti itu, mama mau seperti apa?adakah yang bisa kita lakukan untuk Leon?kalau ada dan mama merasa itu baik, ayo kita lakukan.” Saya menjawab saya ingin bertemu dengan dokter Asti Praborini, dia praktek di salah satu RS di Jakarta Selatan, dia mengerti dan bisa menangani anak-anak dengan kasus seperti Leon. Suami melihat saya dan berkata “ayo kita berangkat.” Rasanya saat itu seperti menang lotere bermilyar-milyar J, besoknya kami langsung mengajukan cuti, dan dua hari kemudian berangkat ke Jakarta dengan konflik kecil dengan orangtua karena saya dipaksa ke Penang Malaysia dan Dokter Anak Leon yang berkata bahwa Leon anak yang tidak sehat dan bermasalah sejak awal,jadi dibawa kemanapun tidak akan mengubah keadaan (saya langsung memutuskan tidak akan memakai dia sebagai dokter Leon lagi).

Saya,papa Leon dan Leon berangkat ke Jakarta, menginap di rumah saudara, besoknya langsung bertemu opung dokter di RS di Jakarta Selatan. Saat masuk ke ruang praktek, saya seperti orang yang kelelahan luar biasa dan menemukan tempat beristirahat. Saat itu saya hanya diam dan opung dokter yang lebih banyak bertanya, mengalirlah cerita itu dari mulut saya dan papa Leon, saya sudah tidak bisa menangis lagi, saya sudah depresi berat. Ketika papa Leon selesai bercerita, opung dokter melihat kondisi saya, kondisi Payudara baik, latch on juga baik, dan dia berkata, anak bapak dan ibu ini sehat (anak saya sehat?ini dokter beneran nih?udah berapa dokter angkat tangan sama Leon terus dibilang dia sehat J ) perkembangannya normal dan dia bisa kembali ke ASI lagi, kalau nanti dilihat kondisi Leon tidak memungkinkan, Leon akan MP-ASI dini (menurut saya ini solusi, bukan menyarankan untuk dikasih Sufor dan saya bisa menerimanya). Seharusnya kemarin selesai diinsisi, ibu dan anak suplementasi jadi meningkatkan produksi ASI ibu melalui hisapan bayi. Saya ingat, opung dokter sampai menelepon ke rekan sejawatnya di medan untuk bertanya tentang dokter anak yang mengerti ASI karena kasihan melihat kondisi saya (makasih Opung J ).

Saya akhirnya menjalani perawatan dengan minum obat yang diresepkan, suplementasi dan akuputuntur ASI, Opung dokter menjadwalkan suplementasi sebulan. Dua hari kemudian kami ke RS lagi dan melihat perkembangan suplementasi yang baik, suplementasi dijadwalkan selama 2 minggu dan saya tetap harus menjalani terapi akupuntur ASI di medan. Kami pulang ke medan dengan hati bahagia, saya dengan sabar menjalani suplementasi, menutup telinga dari semua perkataan orang dan yakin bahwa kami sedang melakukan sesuatu yang benar dan akan berbuah manis. Opung dokter juga saat itu memberikan nomor HP nya dan selalu menanyakan kondisi Leon (Sungguh mulia hatimu Opung). Suplementasi kami tergolong cepat, karena di hari ke 13 Leon sudah lepas suplementasi dan jadwal hari ke 15 lepas suplementasi dengan dikontrol opung Asti lewat SMS. Setelah itu saya menyusui Leon tanpa suplementasi tepat tanggal 30 September 2012.

Saya semakin percaya diri, produksi ASI meningkat, Leon selalu minum dengan tenang dan tertidur karena kenyang, ASIP pun ketika ditinggal bekerja cukup untuk Leon.  Leon akhirnya menemukan pola minumnya sendiri, dia minum seberapa banyak yang saya tinggalkan dan dia mengambil kekurangannya ketika menyusu langsung pada saya (perkataan opung dokter yang buat saya tidak percaya waktu dibilang di RS, tapi terbukti itu benar J ). Tanggal 19 Oktober 2012 saya datang lagi ke RS bersama papa Leon, Leon, dan kakaknya. Kami pasien nomor satu, bertemu dengan opung dokter dan saat itu berat Leon naik 630 gram, opung berkata saya berpikir kita masih akan suplementasi lagi, naik 300 gram saja sudah bagus, ini naik 630 gram spektakuler katanya J. Dia memeriksa latch on saya dan Leon dan senang melihat kondisi Leon yang bisa minum dengan baik.

Saya dan Papa Leon keluar dari ruang praktek opung dokter sebagai pemenang, kami menang menghadapi setiap tantangan itu, kami menang memperjuangkan hak Leon, dan kami menang terhadap semua sikap pesimis orang dan dokter dengan kondisi Leon. Perkembangan BB Leon terus melaju dengan pesat mengejar ketertinggalannya, tidak ada lagi drama air mata saat dia BAB, saya dan papanya menikmati setiap saat merawat dan membesarkan dia dan kami puas karena kami tidak menyerah dengan segala tantangan. Papa Leon sungguh seorang kepala keluarga sejati yang melindungi keluarganya dengan seluruh jiwanya, dialah benteng pertahanan saya, dialah bemper saya ketika dihantam dari sana-sini, dihakimi dengan seenaknya, dan pada dialah semua tangisan dan airmata saya berubah menjadi semangat untuk terus berjuang.

Hari ini Leon tepat berusia 6 bulan (21 Desember 2012), Leon telah menyelesaikan masa ASI eksklusifnya. Saya telah memberikan apa yang menjadi hak dia, dan saya akan terus menyusui dia selama mungkin (kalau Tuhan berkenan selama 2 tahun). Dengan segala kondisi itu saya diubah menjadi manusia yang melihat segala kondisi dari sisi berbeda dan bisa berdamai dengan diri sendiri. Kalau ditanya apa yang membuat saya berjuang begitu keras untuk Leon, hanya satu kata “Cinta” iya, saya memiliki cinta yang tidak terbatas untuk makhluk kecil yang lahir dari rahim saya dan kelak akan memanggil saya “mama”. Cinta itu membuat saya bisa mendorong diri saya jauh melewati ambang batas yang ada, dan rela berkorban segalanya untuk dia. Kesempatan memberi ASI kepada Leon hanya terjadi sekali, ketika di masa yang akan datang saya bertanya pada diri sendiri “ sudahkah saya memperjuangkan itu sampai titik akhir? “ saya tidak akan menyesal dengan jawaban yang saya dapatkan.

Selamat 6 bulan Leon sayang, selamat makan sayang, bertambah besar dan dewasalah dalam pemikiranmu. Jadilah manusia yang mencintai Tuhanmu dengan seluruh jiwamu dan pancarkanlah itu dalam kehidupanmu. Papa dan mama bersyukur diberikan malaikat kecil yang mengajari kami banyak hal. Pada akhirnya kau akan dewasa, jadilah seperti papamu yang dengan kukuh merengkuh kita berdua dalam setiap badai hidup. Terimakasih untuk kak Novi Kartika yang dengan kesabarannya terus menemani dan member semangat kepada saya. Terimakasih tak terhingga untuk Opung dokter Asti Praborini, kasih karunia Tuhan sehingga kami dipertemukan dengan opung dan kondisi Leon bisa seperti hari ini.

Luchia Chendana Radja – Hendra Imades Sitanggang – Lionel Marcello

Medan, 21 Desember 2012

Leave a Reply

Your email address will not be published.