Memulai Menyusui Bayi Kandung dengan Bingung Puting Total

Ditulis oleh dr. Ayu Yusriani Nasution – Dokter Laktasi di Medan

Laporan Kasus

Ny. A datang pada 28  Oktober 2022 ke Poli Laktasi RS Swasta di Depok bersama suami dan anaknya, bernama bayi A yang berusia 2 bulan 27 hari. Ibu mengatakan ingin bisa menyusui langsung bayi A hingga 2 tahun agar ikatan batin dan nutrisi yang diberikan pada bayi A lebih baik. Selama ini Ny.A belum pernah menyusui langsung bayi A melainkan dengan memberi ASI Perah dengan dot. Ny.A merupakan ibu yang melakukan pompa ekslusif per 3 jam dengan hasil 200-240cc sekali Perah.

Bayi A adalah anak ke-2 dari pasangan Ny. A dan Tn.S. Bayi A lahir dengan persalinan normal dibantu oleh bidan pada usia kehamilan cukup bulan dan berat badan lahir 2800 gram. Setelah dilahirkan, Bayi A diletakkan di atas badan Ny.A kurang dari 30 menit hingga bayi A belum berhasil menemukan puting ibunya. Sejak awal kelahiran Bayi A tidak pernah disusukan langsung oleh Ny.A melainkan hanya menggunakan dot yang diisi ASI Perah.

Dari pemeriksaan fisik bayi A, ditemukan adanya tali lindah pendek yang disebut ankyloglossia yaitu tongue tie medio-posterior dan upper lip tie grade 4. Pada pemeriksaan payudara Ny. A, didapatkan bentuk payudara yang simetris membesar, puting menonjol dan lentur serta supply ASI kesan banyak. Saat di poli Ny.A diminta untuk mencoba menyusukan langsung dengan payudara namun bayi A menolak sama sekali tidak mau.

BANNER 728 x 90

Setelah dijelaskan mengenai perintah menyusui sesuai anjuran agama dan WHO, keinginan Ny. A untuk menyusui sampai 2 tahun semakin kuat dan hal ini didukung oleh Tn. S sehingga akan dilakukan proses induksi laktasi pada bayi kandung. Kemudian dijelaskan juga mengenai kondisi bayi A dan rencana terapi yang akan dijalankan kepada Ny. A dan bayi A selama rawat inap dengan perawatan metode Praborini, termasuk rencana tindakan frenotomi, penggunaan supplementer, serta terapi tambahan lainnya yang dibutuhkan.

Setelah proses administrasi rawat inap selesai, dilakukan kunjungan konselor menyusui terhadap Ny.A dan bayi A di ruangan. Ibu dan bayi melakukan skin to skin selama 24 jam kecuali ke toilet atau sholat. Murrotal diputar. Saat bayi A mulai mengantuk sambil digoyang, spuit isi ASI Perah dan nasogastric tube (NGT) sudah dipasang di dada ibu, payudara diganjal dengan gulungan baju bayi. Percobaan menyusui langsung dilakukan, dengan posisi cradle bayi tampak mengamuk. Setelah diberi pancingan aliran ASI Perah mulai mau melekat ke payudara ibunya. Setelah bayi mulai mau melekat pada payudara ibu, dilakukan tindakan frenotomi pada tongue tie bayi A. Segera setelah tindakan bayi A disusukan ke ibunya. Kemudian rewel sehingga harus dibantu aliran ASI Perah dari ngt seirama hisapan bayi agar bayi A mempertahankan hisapan pada payudara ibu. Beberapa saat rewel kembali, ASI Perah habis 30cc, bayi A melepas payudara dan mengamuk. Dilakukan skin to skin kembali dan bayi A tidur. Orang tua diajarkan Tongue Excercise 5x sehari dan oleskan Aloclair gel 3x sehari.

Pada tanggal 29 Oktober 2022 hari rawatan ke-2, usia bayi A saat ini 2 bulan 28 hari dengan berat badan 5395 gr, pengalami penurunan 75gr status gizi baik. Skin to skin tetap dilakukan. Bayi sudah mulai mau menyusu langsung pada payudara ibu tanpa spuit NGT. Dilakukan frenotomi Lip Tie, setelah itu bayi A langsung disusukan Ny.A. Orangtua kembali diajarkan Tongue & Lip Excercisse 5x sehari lalu pemberian gel dilanjutkan 3x sehari, dan dianjurkan melakukan Tummy time terhadap bayi A. 

Di tanggal 30 Oktober 2022 sore hari rawatan ke-3, bayi A tampak sudah bisa menyusu pada payudara ibu dengan baik tanpa rewel. Berat badan saat ini naik menjadi 5600gr dengan status gizi baik, usia 2 bulan 29 hari. Ny.A  dianjurkan tetap menyusui langsung, sudah boleh pulang bersama bayi A dan Tn.S dan datang kembali kontrol 4 hari kemudian.

Pada tanggal 3 November 2022 Ny.A dan Bayi A datang kontrol. Ny.A mengatakan ia merasa senang sekali karena bayi A sudah bisa menyusui langsung dengan baik pada payudaranya. Saat ini usia bayi A 3 bulan 3 hari berat badannya naik 46,6 gr per hari menjadi 5750gr dengan status gizi baik. Setelah dijelaskan hal ini pertanda baik oleh Dokter Spesialis Anak, Ny.A lebih tenang dan yakin untuk terus menyusui. Proses menyusui langsung bayi kandung ke payudara ibunya dinyatakan berhasil.

Grafik 1. Berat badan bayi A selama perawatan rawat inap relaktasi dan kontrol pasca rawat inap relaktasi

Tabel 1. Berat badan bayi A selama perawatan rawat inap induksi laktasi dan kontrol rawat jalan
NO.TanggalUmur bayiBagianBerat Badan (Gr)Terapi
128/10/222 bulan 27 hariPoli laktasi5470Skin to skin 24 jamPutar murotalPantau BB dan suhu / hariBy A:CTM 3×0.5mg, Spuit NGT isi ASI Perah semau bayi, minum dengan gelas jika belum bisa melekat ke payudara ibu,R/ Frenotomi bertahap bila sudah mau melekat ke payudara ibuNy. A :Perah bila perlu,R/ cuti tambahan
228/10/222 bulan 27 hariRawat Inap Hari ke 15470Skin to skin 24 jamPutar murotalPantau BB dan suhu / hariBy A:CTM 3×0.5mg,Spuit NGT isi ASI Perah semau bayi,Frenotomi Tongue tieTongue Excercise 5x SehariAloclair gel 3x sehari
329/10/222 bulan 27 hariRawat Inap Hari ke 25395Skin to skin 24 jamFrenotomi Lip TieTongue & Lip Excercise 5x sehariAloclair gel 3x sehariMenetek langsung 
430/10/222 bulan 28 hariRawat Inap Hari ke 35600Tongue & Lip Excercise 5x sehariAloclair gel 3x sehariMenetek langsungTummy timeR/ Pulang
53/11/223 bulan 3 hariPoli Laktasi5750Lanjutkan menetek langsung

Diskusi

Bayi menyusu pada ibu merupakan aktivitasnya dalam memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia, yaitu asah-asih asuh. Dengan menyusu pada ibu, ia akan mendapat pemenuhan kebutuhan asah, yaitu stimulasi untuk perkembangan emosionalnya dalam berinteraksi dengan sesama, dalam hal ini terutama dengan ibunya. Jalinan kasih sayang akan terbangun antara bayi dan ibu sebagai manifestasi pemenuhan kebutuhan asih, dan zat-zat gizi yang terkandung dalam air susu ibu akan dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya sebagai pemenuhan kebutuhan asuh.1

Pemberian ASI bukanlah sekedar memberi makan pada bayi, ketika ibu mendekap bayi yang sedang disusukannya, pandangan matanya tertuju pada bayi dengan nuansa kasih sayang dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan bayi, sikap ibu menimbulkan rasa nyaman dan aman pada bayi. Ia merasa dimengerti, dipenuhi kebutuhannya (lapar), disayangi dan dicintai. Lewat ASI bayi dan ibu sama-sama belajar mencintai dan merasakan nikmatnya dicintai.2

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shafay dkk pada tahun 2017 juga meneliti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu menyusui langsung ke payudara (Direct Breast Feeding) dengan ibu yang hanya memerah ASI dengan pompa (Exclusive Pumping)  dengan angka kejadian autisme pada anak, dimana risiko anak dengan gangguan autisme lebih tinggi pada ibu exclusive pumping daripada ibu yang menyusui langsung ke payudara. 3

Kemudian dipertegas oleh Sherief Ghozy dkk tahun 2019 yang menyatakan bahwa menyusui langsung ke payudara selama 6 bulan dapat menurunkan risiko autisme pada anak sebesar 54% dan risiko semakin kecil jika anak disusukan hingga 2 tahun.4

Induksi laktasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk merangsang proses menyusui pada seorang ibu tanpa didahului proses kehamilan, termasuk bagi ibu adopsi sehingga dapat menyusui langsung bayi adopsi dengan atau tanpa riwayat menyusui terdahulu.1

Di awal induksi laktasi, dilakukan rawat inap untuk mengawal proses skin to skin antara ibu dan bayi adopsi. Pada tahap ini, ibu dan bayi fokus membentuk ikatan batin dan membangun kegiatan menyusui yang baik. Sambil mempertahankan posisi skin to skin, termasuk tidur bersama bayi, ibu sesering mungkin menawarkan payudara bagi bayi adopsi untuk menetek. Hal ini dilakukan pula saat malam hari. Bila bayi sudah mulai mau menyusu, ibu didampingi untuk dapat memposisikan bayi agar melekat baik ke payudara.2

Percaya diri dan motivasi yang kuat adalah kunci utama keberhasilan program relaktasi maupun induksi laktasi. Percayalah bahwa ibu akan mampu memberikan yang terbaik untuk bayi. Rutin menyusu pada ibu dan ibu rutin memerah ASI, merupakan kunci untuk keberhasilan menstimulasi produksi ASI, baik pada relaktasi maupun induksi laktasi.1

Ny. A datang dengan keinginan kuat untuk dapat menyusui bayi A dengan dukungan penuh dari suami yaitu Tn.S sehingga proses dan rangkaian terapi berjalanan dengan baik.

Pada kasus ini, dikunjungan awal ibu menceritakan bahwa ia sama sekali belum pernah menyusui langsung bayi A. Ketika ia hendak menawarkan payudara pada bayi A, bayi A menolak bahkan menghindari payudara Ny.A. Sehingga Ny,A hanya memberikan ASI Perah lewat dot sejak lahir hingga saat datang ke poli. Hal ini menyebabkan bayi A mengalami bingung puting total.

Pada pemeriksaan Ny.A tidak memiliki masalah pada payudara maupun supply ASInya. Namun bayi A ditemukan memiliki gangguan akibat adanya tongue tie medio-posterior dan lip tie gr.4. Dokter spesialis anak sekaligus konselor laktasi menganjurkan  tindakan frenotomi atau pemotongan  tali lidah dan bibir yang pendek secara bertahap menunggu bayi A mau melekat ke payudara Ny.A. Oleh karena itu dilakukan Metode Perawatan Praborini dengan memperbanyak skin to skin sampai bayi mau melekat ke payudara ibu.

Pada akhir rawatan bayi sudah dapat menyusu langsung tanpa bantuan alat suplementer. Tindakan frenotomi pun sudah dilakukan untuk menunjang keberhasilan proses menyusui langsung ke payudara dengan perlekatan yang baik. Metode Perawatan  Praborini untuk memulai menyusui langsung bayi kandung dengan bingung puting total dinyatakan berhasil dalam 3 hari rawatan dan dibuktikan dengan kenaikan berat badan bayi A yang adekuat saat kontrol.

Hal ini membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan oleh Praborini dkk tentang perawatan metode Praborini untuk bayi bingung puting dapat diterapkan dengan baik dan berjalan efektif.

Penelitan Praborini dkk tahun 2016 tersebut berdasarkan dari 58 kasus bayi bingung puting, dengan 96.6 % bingung puting total, dan 79.3% dari kasus tersebut diakibatkan penggunaan botol karena adanya tongue tie.  Lamanya perawatan bervariasi antara 1 hari (56.9%) sampai dengan 5 hari (3.4%). Keberhasilan metode Perawatan Praborini mencapai 91.4% yaitu sebanyak 53 kasus dari 58 kasus. Semakin muda usia bayi dan cepat dideteksi maka angka keberhasilannya akan semakin tinggi.5

Daftar Pustaka

  1. Jeanne-Roos Tikaolu. (2013). Buku Indonesia Menyusui. Diakses tanggal 05 November 2022 dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/relaktasi-dan-induksi-laktasi.
  2. International Lactation Consultant Association. 2013. Core Curriculum for Lactation Consultant 3rd Edition. Jones & Bartlett Learning. p289. dalam Febriyanti, D. 2017. Artikel : Induksi Laktasi Bayi Adopsi dari https://www.praborinilactationteam.com
  3. Shafay, T et al. 2017. Eping & Autism. DOI: 10.3390/nu14010045
  4. Ghozy, S et al. 2020. Association of breastfeeding status with risk of autism spectrum disorder: A systematic review, dose-response analysis and meta-analysis. DOI: 10.1016/j.ajp.2019.101916
  5. Praborini, A et al. 2016. Hospitalization for Nipple Confussion- A Method to Restore Healthy Breastfeeding.  DOI: 10.1891/2158-0782.7.2.69

Leave a Reply

Your email address will not be published.