Menyusui bayi dengan kondisi Gagal Tumbuh, Tongue Tie Sub-mukosa dan Lip Tie grade 4 (Bagian 2) Oleh : dr. Hazwani Fadhillah Nasution, IBCLC Bayi AR adalah anak pertama dari pasangan Ny. RA dan Tn. A yang lahir di salah satu RSIA kota Medan pada tanggal 18 januari 2021. Bayi AR lahir melalui proses persalinan SC diusia kehamilan cukup bulan dengan berat lahir 2820gr. Diumur 29 hari berat bayi AR turun ke 2590gr dan dikategorikan sebagai Gagal Tumbuh (Failure to Thrive) dan status gizi buruk dengan berat badan < -3SD kurva pertumbuhan WHO. Kemudian ny. RA dan bayi AR mendapat bantuan menyusui yang optimal sehingga di umur 3bulan 2hari bayi AR telah mencapai berat 4570gr dengan status gizi Baik. Selengkapnya mengenai perjalanan menyusui Ny. RA dan bayi AR dari umur 29 hari bisa dibaca di bagian 1. Di umur 3bulan 2hari, dengan status gizi baik, bayi AR tetap menyusu langsung ke ibu. Ny. RA masih menggunakan alat bantu SNS diisi susu formula dengan dosis 6x60cc /hari. Kedepannya tujuan dari terapi adalah untuk meningkatkan produksi asi ibu sehingga ibu dapat menyusui mandiri, penggunaan SNS dan susu formula dapat dihentikan, serta untuk memelihara kenaikan berat badan bayi. Pada kunjungan kedelapan di tanggal 4 mei 2021, berat badan bayi AR adalah 4740 gr, meningkat sebanyak 12,1gr/hari. Saat ini status gizi bayi AR turun menjadi gizi kurang (-2SD 4766gr). Ibu mengatakan selang SNS ukuran L putus dan selama 1 minggu terakhir ibu menggunakan selang ukuran M. SNS diisi 60cc formula, sejak menggunakan selang M, formula bersisa 10cc dan butuh waktu lebih lama untuk habis. Bayi lebih gelisah saat menyusu dan sering menarik-narik puting ibu. Ibu sudah melakukan terapi akupunktur sebanyak 4x dan rutin meminum galaktogog. Ibu dianjurkan untuk membeli selang SNS baru ukuran L dan untuk sementara waktu menggunakan 2 selang M sekaligus di 1 payudara. Ibu diminta untuk kontrol Kembali 2 minggu. Kunjungan ke Sembilan di tanggal 25 mei 2021. Berat bayi AR 5160gr, naik sebanyak 20gr/hari. Status gizi bayi AR telah kembali ke gizi baik dengan -2SD 5093gr. Ibu mengatakan bayi lebih tenang menghisap di payudara dengan bantuan 2 selang M, ibu menggunakan SNS 7x sehari isi formula 60cc dan selalu habis. Bayi tidur tenang setelah menyusu, kesan puas. Ibu sudah akupunktur 6x dan merasa ASI semakin bertambah banyak. Ibu diedukasi tentang pilihan untuk MPASI dini dan dianjurkan untuk ikut kelas MPASI serta membaca buku persiapan MPASI. Ibu juga diminta untuk melanjutkan akupunktur dan konsumsi galaktogogBANNER 728 x 90 Kunjungan ke sepuluh di tanggal 29 Juni 2021. Bayi AR berumur 5 bulan 11 hari. Ibu sudah memulai mpasi saat bayi AR berumur tepat 5 bulan. Berat bayi AR saat ini adalah 5550gr, meningkat sebesar 11,4gr/hari dibandingkan dgn kunjungan sebelumnya, dengan status gizi baik -2SD 5510gr. Ibu menyusui sesuai kemauan bayi dan memberi MPASI padat nutrisi sebanyak 2x sehari. Ibu juga selalu menambahkan 1 butir telur puyuh di setiap sesi makan bayi. Ibu menggunakan SNS sebanyak 5x sehari. Dua kali sebanyak 30cc dan tiga kali sebanyak 60cc. Ibu tetap menggunakan selang SNS ukuran M dan hanya 1 selang terpasang di 1 payudara. Ibu sudah menyelesaikan terapi akupunktur sebanyak 10 kali dan masih mengkonsumsi galaktogog. Kunjungan kesebelas di tanggal 29 Juli 2021, berat bayi AR adalah 6140gr dengan kenaikan BB 19,6gr/hari. Status gizi baik dengan -2SD adalah 5810gr. Ibu memberi MPASI sehari 3x makan utama dan 1x snack. Ibu masih melanjutkan penambahan telur puyuh dalam setiap sesi makan utama bayi AR. Ibu menggunakan SNS masih sebanyak 6x, dengan 4x isi formula 30cc dan 2x isi formula 60cc. Ibu menggunakan selang ukuran S sejak 3 minggu terakhir krn selang M putus. Hanya 1 selang S terpasang di payudara. Bayi tenang saat menyusu ke ibu, kadang tidur setelah menyusu kesan puas. Ibu merasa payudaranya lembek setelah disusui dan merasa payudara ibu cepat terisi kembali. Ibu masih mengonsumsi galaktogog 2xsehari. Kunjungan berikutnya di tanggal 31 Agustus 2021, bayi AR berusia 7 bulan 13 hari dengan berat badan 7020gr. Berat bayi AR naik sebanyak 27,5gr/hari dan status gizi baik di atas -1SD 6886gr. Ibu mengatakan bayi AR lahap makan masakan ibu, bayi AR makan menu yang sama dengan ibu dan ayah setiap harinya. Ibu menyusui sesuai kemauan bayi diantara jam makan dan menggunakan SNS hanya 5x sehari. 4x isi formula 30cc dan 1x isi formula 60cc. ibu masih lanjut minum galaktogog.Kunjungan ke tiga belas di tanggal 30 September 2021. Saat ini bayi AR sudah berusia 8 bulan 13 hari. Berat bayi AR adalah 7530gr dengan status gizi baik. Ibu mengatakan beberapa hari terakhir bayi AR sedang kurang berselera makan, ibu mencoba memvariasikan menu makanan dan suasana makan. Ibu menggunakan SNS hanya 3x sehari isi formula 30cc dan sering bersisa kurang dari 10cc. Ibu dianjurkan untuk menghentikan SNS tapi ibu belum percaya diri. Ibu mengatakan kadang ditengah malam bayi AR mau menangis jika ibu menyusui tanpa SNS. Bayi AR menangis sangat kencang, ibu khawatir mengganggu anggota keluarga yang lain, sehingga ibu memutuskan untuk tetap menggunakan SNS untuk menyusui di malam hari. Ibu melanjutkan konsumsi galaktogog 2xsehari. Kunjungan terakhir di tanggal 11 november 2021. Bayi AR berusia 9 bulan 24 hari. Berat badan bayi AR saat ini adalah 8170gr, meningkat sebesar 15,6gr/hari. Status gizi bayi AR baik dengan -2SD 6660gr. Ibu mengatakan menggunakan SNS hanya sesekali di malam hari dengan isi formula sebanyak 30cc. Kadang ibu menyusui seharian tanpa SNS dan bayi terlihat tenang saat menyusu ke ibu. Bayi AR sudah makan sebanyak 4x sehari makan utama dan 1-2x sehari makanan selingan. Ibu sekarang sudah merasa percaya diri menyusui bayi AR tanpa bantuan SNS dan merasa sangat menikmati proses makan Bersama bayi AR. Ibu diminta untuk mengurangi konsumsi galaktogog menjadi 1x1tab sehari selama 2 minggu dan kemudian berhenti minum galaktogog. DiskusiNy. RA tetap menunjukkan semangat dan konsistensinya untuk terus menyusui bayi AR. Butuh waktu yang cukup Panjang bagi ibu untuk mengembalikan status gizi bayi ke gizi baik dan meningkatkan produksi asi ibu. Pada kasus ini, ibu harus tetap didampingi sampai produksi asi ibu meningkat dan ibu bisa menyusui mandiri tanpa bantuan SNS dan formula. Terkadang dalam perjalanan menuju penyapihan SNS dan susu formula, ibu sering merasa tidak percaya diri, merasa khawatir jika asinya akan kurang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi buah hatinya, maka sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk terus mendukung dan membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu. Tenaga Kesehatan dapat menunjukkan hal-hal objektif yang menunjukkan bahwa asi ibu semakin meningkat setiap harinya dengan indikator seperti dosis suplementasi yang terus berkurang, frekuensi BAK dan BAB bayi yang cukup serta kenaikan berat badan bayi yang adekuat sesuai usia. Adapun tanda-tanda subjektif yang dapat menguatkan bahwa asi ibu semakin banyak adalah kondisi bayi yang tenang saat menyusu ke ibu tanpa menggunakan SNS serta bayi dapat tertidur pulas setelah menyusu ke ibu. Tidak lupa memberi pujian-pujian kepada ibu atas upayanya untuk terus menyusui. Pada kasus ini dimana ibu masih menggunakan suplementasi dengan dosis cukup tinggi yaitu 6-7x60cc / hari disaat bayi berusia 4 bulan, oleh karena itu pilihan untuk MPASI dini disampaikan ke ibu sebagai upaya untuk membantu mengurangi suplementasi dan pemberian formula pada bayi. Hal ini sejalan dengan rekomendasi WHO. Sejak Ny. RA memulai MPASI pada bayi AR, dapat dilihat kenaikan berat badan semakin baik dan penggunaan suplementasi semakin berkurang. Semakin hari ibu semakin jarang menggunakan SNS dan mengisi formula sebanyak 30ml saja, hingga akhirnya ibu bisa melepas penggunaan SNS sama sekali. Selain mendampingi ibu melanjutkan perjalanan menyusui, penting juga bagi tenaga kesehatan untuk mendampingi ibu dalam masa MPASI. Terkadang ibu dihadapkan pada situasi bayi sedang tidak berselera makan dan sebagainya, ibu butuh diberi bimbingan dan arahan untuk melakukan perbaikan dan perubahan agar proses MPASI dapat berjalan lancar kembali. Dalam kasus ini dapat kita simpulkan bahwa suplai ASI yang kurang, bukan karena memang kurang ASI tapi dipicu oleh adanya tongue tie yang tidak terdeteksi sejak awal. Sehingga frenotomi terlambat dilakukan, yaitu pada usia 36 hari, saat ibu sudah berada di laktogenesis ketiga dimana produksi ASI sangat bergantung pada hisapan bayi. Pada bayi dengan tongue tie, hisapan ke payudara tidak optimal, sehingga produksi ASI menurun. Dengan tindakan frenotomi sederhana, suplementasi , galaktogog, akupunktur dan MPASI, bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta ibu dapat melanjutkan menyusui hingga 2 tahun.